Kehadiran Gereja Kemah
Injil Indonesia (GKII) berawal dari visi Dr. Albert Benyamin Simpson, pendiriThe
Christian and Missionary Alliance yang
merupakan cikal bakal dari Gereja Kemah Injil Indonesia. Albert Benyamin
Simpson seorang keturunan Skotlandia, lahir pada tahun 1843 di Kanada dan
dibaptis di Gereja Presbiterian Kanada ketika ia masih bayi. Pada tahun 1865,
Benyamin ditahbiskan menjadi Pendeta Gereja Presbiterian tersebut. Ketika
Simpson melayani jemaat Presbiterian di Louisville, Amerika Serikat, ia
mendapat penglihatan yang telah meninggalkan kesan mendalam di hatinya dan
tidak pernah terlupakan dari ingatannya. Dalam penglihatannya, Simpson melihat
dengan jelas beribu-ribu orang dari berbagai suku bangsa sedang
memandang kepadanya, seolah-olah mereka minta tolong kepadanya namun mereka
sama sekali tidak mengatakan apa-apa.
Pada tahun 1879,
Simpson dipindahkan dari Gereja Presbiterian Louisville ke gereja yang sama di
New York. Sebelum Simpson pindah ke sana, ia meminta persetujuan dari para
pemimpin di Louisville untuk mendukungnya dalam program penginjilan. Di kota
New York, banyak sekali orang yang belum pernah masuk gereja. Mereka seperti
domba yang terhilang, berkeliaran tanpa gembala. Simpson bertekad untuk
memberitakan injil Yesus Kristus kepada mereka. Untuk melaksanakan kerinduan
yang mulia ini, nampaknya Allah menghendaki agar Simpson sendiri perlu
dikuduskan melalui suatu pengalaman rohani.
Pada suatu malam dalam
kamarnya di New York, Simpson merasakan kerinduan dan kehausan yang amat sangat
akan Allah, ia bergumul di dalam doanya, ia mengalami apa yang disebutnyapengudusan yaitu
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, sekaligus dipenuhi dengan
Roh Kudus. Simpson menulis demikian:
saya mengira bahwa orang Kristen dikuduskan seluruhnya hanya pada saat ia menghadapi kematian, sebagai persiapan untuk masuk sorga. Waktu itu saya tidak mau dikuduskan, karena saya berpikir jangan-jangan saya akan cepat mati! Tetapi Tuhan Yesus berfirman bahwa kita dikuduskan untuk melayani Dia sekarang ini – di dunia ini.
Melalui
pengalaman rohani ini, Simpson melangkah maju dalam pengenalannya akan
Allah. Simpson merasakan kuasa Allah dengan cara yang tidak pernah
dialaminya sebelumnya. Sejak saat itu, Simpson berkata bahwa Yesus Kristus
bukan saja menjadi penyelamatnya, tetapi
juga pengudusnya.
Peristiwa itu merupakan awal gerakan yang dahsyat dalam kehidupannya, sehingga
ia termotivasi untuk melakukan pekerjaan Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Sementara semangatnya berkobar-kobar, di tengah kesibukannya dalam pelayanan
semakin meningkat, kesehatan Simpson mulai terganggu. Syarafnya sering menjadi
tegang dan denyut jantungnya semakin lemah. Akhirnya, kekuatan fisik Simpson
menurun secara drastis sehingga untuk bergerak pun ia sudah tidak berdaya.
Seorang dokter memberitahukan bahwa kesehatan Simpson tidak akan pulih, bahkan
Simpson hanya menunggu ajalnya. Simpson pada masa itu, baru berumur 38 tahun.
Iblis memanfaatkan situasi ini, terutama membuat Simpson patah semangat, tawar
hati, putus asa dan bahkan tak berdaya.
0 comments:
Post a Comment